Rotania's Blog

Rotania's Blog

Post Top Ad

LightBlog

Post Top Ad

Your Ad Spot
Propellerads

Senin, 02 Oktober 2017

Kondisi Politik Pada Masa Demokrasi Liberal

22.04 0

1.   
Keadaan Sosial Budaya pada Masa Kabinet Natsir
Program dari Kabinet Natsir adalah :
1.      Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
2.      Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
3.      Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
4.      Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
5.      Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
Pasca proklamasi kemerdekaan banyak terjadi perubahan sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada khususnya. Dikarenakan sebelum kemerdekaan di proklamirkan, di dalam kehidupan bangsa Indonesia ini telah terjadi diskriminasi rasial dengan membagi kelas-kelas masyarakat. Yang mana masyrakat di Indonesia sebelum kemerdekaan di dominasi oleh warga Eropa dan Jeoang sehingga warga pribumi hanyalah masyarakat rendahan yang kebanyakan hanya menjadi budak dari bangsawan atau penguasa.
Tetapi setelah 17 Agustus 1945 segala bentuk diskriminasi rasial dihapuskan dari bumi bangsa Indonesia dan semua warga negara Indonesia dinyatakan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam segala bidang.
1.      Pendidikan.
Pada tahun 1950, menteri pendidikan pada masa itu, Dr. Abu Hannifah, menyusun konsep pendidikan yang menitikberatkan pada spesialisasi. Yaitu akan diadakan pendidikan umum dan pendidikan teknik yang dalam pelaksanaannya memiliki perbandingan 3 : 1. Selain itu, karena Indonesia adalah negara kepulauan, maka di beberapa kota diadakan Akademik Pelayaran, Akademik Oseanografi, dan Akademik Research Laut yang didirikan di kota Surabaya, Makassar, Ambon, Manado, Padang, dan Palembang. Lalu, didirikan juga Sekolah Tinggi Pertanian Bogor

2.      Seni
Pada tanggal 27 Agustus 1950 di Surakarta, didirikan Konservatori Karawitan dengan tujuan untuk mempertinggi serta mengembangkan karawitan. 

2.    Dampak Positif dan Negatif MSA Kabinet Sukiman



Dampak Positif Kabinet Sukiman :
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjtkan program Natsir hanya saja terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya program Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman
Dampak Negatif Kabinet Sukiman :
1.   Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Dimana dalam MSA terdapat pembatasan kebebasan politik luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatiakan kepentingan Amerika. Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia ke dalam blok barat.
2.    Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
3.      Masalah Irian barat belum juga teratasi.
4.  Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang tegasnya tindakan pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.

3.   
Peristiwa Tanjung Morawa pada Masa Kabinet Wilopo
a.       Latar belakang
Peristiwa Tanjung Morawa terjadi disebabkan pula oleh adanya ketidakpuasan petani yang hendak dipindahkan ketempat yang lain oleh pemerintah dalam hal ini oleh Gubernur Sumatera Utara Abdul Hakim, karena proses dan hasil yang diperoleh sangat jauh berbeda dengan tanah yang telah mereka tempati sebelumnya. Akibatnya ketidakpuasan ini mengarah pada aksi demonstrasi untuk menggagalkan pentraktoran. Peristiwa Tanjung Morawa mendapat reaksi baik dari pemerintah pusat, pihak oposisi, maupun masyarakat. Karena peristiwa itulah golongan yang anti kabinet, termasuk tokoh-tokoh penganjur persatuan dari PNI, mencela tindakan pemerintah. Akibatnya Sidik Kertapati dari SAKTI (Sarekat Tani Indonesia) yang berhaluan kiri mengajukan mosi tidak percaya kepada cabinet dan sebelum mosi diputuskan, kabinet Wilopo mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno pada tanggal 2 Juni 1953.
b.      Kronologi Peristiwa
Pada tahun 1953 Pemerintah RI Karesidenan Sumatera Timur merencanakan untuk mencetak sawah percontohan di bekas areal perkebunan tembakau di desa Perdamaian,Tanjung Morawa. Akan tetapi areal perkebunan itu sudah ditempati oleh penggarap liar. Di antara mereka terdapat beberapa imigran gelap Cina. Usaha pemerintah untuk memindahkan para penggarap dengan memberi ganti rugi dan menyediakan lahan pertanian, dihalang-halangi oleh Barisan Tani Indonesia (BTI), organisasi massa PKI. Oleh karena cara musyawarah gagal, maka pada tanggal 16 Maret 1953 pemerintah terpaksa mentraktor areal tersebut dengan dikawal oleh sepasukan polisi. Untuk menggagalkan usaha pentraktoran, BTI mengerahkan massa yang sudah mereka pengaruhi dari berbagai tempat di sekitar Tanjung Morawa. Mereka bertindak brutal. Polisi melepaskan tembakan peringatan ke atas, tetapi tidak dihiraukan, bahkan mereka berusaha merebut senjata polisi. Dalam suasana kacau, jatuh korban meninggal dan luka-luka.

4.   
Alasan Terdapat Koalisi PNI dan NU dan Oposisi Masyumi pada Masa Kabinet Sastroamijoyo
Pada masa itu, banyak sekali terutama masalah seperti pemberontakan yang terjadi di daerah-daerah. Selain itu, masalah korupsi yang semakin meningkat dan kemunduran ekonomi sehingga menurunkan tingkat kepercayaan dari masyarakat juga semakin memperkeruh keadaan. Berbagai masalah lainnya juga menjadi alasan utama, seperti masalah Irian Barat, Pemilu bahkan juga skandal korupsi di tubuh PNI sendiri juga menjadi alasan utama. NU, tidak puas terhadap kinerja kabinet di segala lini, baik secara personel, di bidang ekonomi dan keamanan yang didalamnya terdapat konflik antara NU dan PNI. Sehingga pada puncaknya pada tanggal 20 Juli NU mengutus para menteri yang ada di dalam kabinet untuk mengundurkan diri dan keluar dari Kabinet. Tindakan NU ini kemudian diikuti oleh parta-partai lainnya. Keadaan lemahnya Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini kemudian mendorong Masyumi untuk menggulirkan mosi tidak percaya pada bulan Desember mengenai ketidakpercayaan pada kebijakan Pemerintah. Melihat keadaan kabinet yang tak kondusif ini, PKI kemudian meredam kecaman-kecaman terhadap korupsi dan masalah ekonomi sebagai imbalan atas perlindungan PNI. Ali Sastroamijoyo sendiri kemudian mengembalikan mandatnya pada tanggal 18 Juni. Kemudian karena dukungan dari DPR tidak mencukupi, empat hari kemudian Ali pun mengunfurkan diri dan Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini mengembalikan mandatnya pada tanggal 24 Juli 1955.


5.    Kondisi Rakyat Ketika Pemilu Pertama Kali pada Kabinet Burhanudin Harahap
Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Sekitar 39 juta rakyat berpartisipasi dalam pemilu ini. Pemilu berlangsung sangat demokratisTerdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.

6.   
Analisis Gerakan Assaat pada Masa Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Gerakan Assaat adalah salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk menguatkan ekonomi nasional yakni memperkuat kelas ekonomi menengah pribumi yang umumnya bermodal lemah dengan cara memberikan perlindungan khusus terhadap segala aktifitas usaha pada bidang perekonomian termasuk dalam hal persaingan dengan pengusaha asing (secara umum) dan persaingan dengan warga keturunan Cina (secara khusus).
Gerakan Asaat ini didukung penuh pemerintah. Salah satu buktinya adalah pernyataan resmi pada Oktober tahun 1956 yang menegaskan bahwa pemerintah akan memberikan lisensi khusus untuk para pengusaha Pribumi.
Sayangnya kebijakan ini memicu reaksi negatif yakni munculnya kalangan yang membenci keturunan Cina. Kebencian ini bahkan berujung pada permusuhan serta pengrusakan aset masyarakat keturunan Cina.

7.   
Alasan Terdapat Deklarasi Juanda dan Kaitannya dengan Teritorial Muncul Pemberontakan PRRI Permesta
Program pokok dari Kabinet Djuanda adalah :
Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya, programnya yaitu :
1.      Membentuk Dewan Nasional 
2.      Normalisasi keadaan Republik Indonesia
3.      Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
4.      Perjuangan pengembalian Irian Jaya
5.      Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di daerah, perjuangan pengembalian Irian Barat, menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Djuanda yaitu mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan telah terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan daratan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.
Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah. Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional dan daerah, pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah RI
Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri tetapi tidak berhasil dengan baik.
Awal Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), dan PERMESTA sebenarnya sudah muncul pada saat menjelang pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1949 dan pada saat bersamaan Divisi Banteng diciutkan sehingga menjadi kecil dan hanya menyisakan satu brigade. Brigade ini pun akhirnya diperkecil lagi menjadi Resimen Infanteri 4 TT I BB. Hal ini memunculkan perasaan kecewa dan terhina pada para perwira dan prajurit Divisi IX Banteng yang telah berjuang mempertaruhkan jiwa dan raganya bagi kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu juga, terjadi ketidakpuasan dari beberapa daerah yang berada di wilayah Sumatra dan Sulawesi terhadap alokasi biaya pembangunan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Kondisi ini diperparah dengan tingkat kesejahteraan prajurit dan masyarakat yang sangat rendah. 
Ketidakpuasan tersebut akhirnya memicu terbentuknya dewan militer daerah yaitu Dewan Banteng yang berada di daerah Sumatera Barat pada tanggal 20 Desember 1956. Dewan ini diprakarsai oleh Kolonel Ismail Lengah (mantan Panglima Divisi IX Banteng) bersama dengan ratusan perwira aktif dan para pensiunan yang berasal dari Komando Divisi IX Banteng yang telah dibubarkan tersebut. Letnan Kolonel Ahmad Husein yang saat itu menjabat sebagai Komandan Resimen Infanteri 4 TT I BB diangkat menjadi ketua Dewan Banteng. Kegiatan ini diketahui oleh KASAD dan karena Dewan Banteng ini bertendensi politik, maka KASAD melarang perwira‑perwira AD untuk ikut dalam dewan tersebut. Akibat larangan tersebut, Dewan Banteng justru memberikan tanggapan dengan mengambil alih pemerintahan Sumatera Tengah dari Gubernur Ruslan Muloharjo, dengan alasan Ruslan Muloharjo tidak mampu melaksanakan pembangunan secara maksimal.
Selain Dewan Banteng yang bertempat di daerah Sumatra Barat, di Medan terdapat juga Dewan Gajah yang dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolon, Panglima Tentara dan Teritorium I, pada tanggal 22 Desember 1956. Dan juga di Sumatra Selatan terbentuknya Dewan Garuda yang dipimpin oleh Letkol Barlian.
Selain itu pemberontakan ini juga disebabkan karena ada pengaruh dari PKI terhadap pemerintah pusat dan hal ini menimbulkan terjadinya kekecewaan pada daerah tertentu. Keadaan tersebut diperparah dengan pelanggaran konstitusi yang dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berada di dalam pemerintah pusat, tidak terkecuali Presiden Soekarno.
Selanjutnya, PRRI membentuk Dewan Perjuangan dan tidak mengakui kabinet Djuanda. Dewan Perjuangan PRRI akhirnya membentuk Kabinet baru yang disebut Kabinet Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (Kabinet PRRI). Pembentukan kabinet ini terjadi pada saat Presiden Soekarno sedang melakukan kunjungan kenegaraan di Tokyo, Jepang. Pada tanggal 10 Februari 1958, Dewan Perjuangan PRRI melalui RRI Padang mengeluarkan pernyataan berupa “Piagam Jakarta” yang berisi sejumlah tuntutan yang ditujukan kepada Presiden Soekarno supaya “bersedia kembali kepada kedudukan yang konstitusional, menghapus segala akibat dan tindakan yang melanggar UUD 1945 serta membuktikan kesediaannya itu dengan kata dan perbuatan…”. Tuntutan tersebut antara lain :
  1. Mendesak kabinet Djuanda supaya mengundurkan diri dan mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno.
  2. Mendesak pejabat presiden, Mr. Sartono untuk membentuk kabinet baru yang disebut Zaken Kabinet Nasional yang bebas dari pengaruh PKI (komunis).
  3. Mendesak kabinet baru tersebut diberi mandat sepenuhnya untuk bekerja hingga pemilihan umum yang akan datang.
  4. Mendesak Presiden Soekarno membatasi kekuasaannya dan mematuhi konstitusi.
  5. Jika tuntutan tersebut di atas tidak dipenuhi dalam waktu 5×24 jam maka Dewan Perjuangan akan mengambil kebijakan sendiri.
Setelah tuntutannya di tolak, PRRI membentuk sebuah Pemerintahan dengan anggota kabinetnya. Pada saat pembangunan Pemerintahan tersebut di mulai, PRRI memperoleh dukungan dari PERMESTA dan rakyat setempat.
Pada tanggal 2 Maret 1957, di Makasar yang berada di wilayah timur Negara Indonesia terjadi sebuah acara proklamasi Piagam Perjuangan Republik Indonesia (PERMESTA) yang diproklamasikan oleh Panglima TT VII, Letkol Ventje Sumual. Pada hari berikutnya, PERMESTA mendukung kelompok PRRI dan pada akhirnya kedua kelompok itu bersatu sehingga gerakan kedua kelompok itu disebut PRRI/PERMESTA. Tokoh-tokoh PERMESTA terdiri dari beberapa pasukan militer yang diantaranya adalah Letnan Kolonel D.J Samba, Letnan Kolonel Vantje Sumual, Letnan Kolonel saleh Lahade, Mayor Runturambi, dan Mayor Gerungan.


Read More

Minggu, 27 Agustus 2017

Membuat Hiasan Dinding dari Kancing Baju Bekas

00.12 0


Kompetensi Dasar :
4.1 Mendesain produk dan pengemasan karya kerajiinan fungsi hias dari berbagai bahan limbah berdasarkan konsep berkarya.
4.2  Menciptakan karya kerajinan fungsi hias dari berbagai bahan limbah sesuai teknik dan prosedur.

Ulasan / Opini :
Selama ini hanya sedikit orang yang memanfaatkan barang bekas. Padahal, jika kita bisa memanfaatkannya tentu saja barang bekas itu akan menjadi barang yang berguna dan memiliki nilai jual.
Nah, bagi kalian yang ingin membuat kerajinan tangan dari barang bekas, kalian dapat membaca artikel ini. Di sini saya menggunakan kancing baju sebagai bahan kerajinan. Karya ini dibuat untuk memanfaatkan kancing baju yang tidak dipakai menjadi barang yang lebih berguna dan dapat dijadikan sebagai hiasan dinding. Tentunya dengan diolah menjadi barang hias akan menjadi lebih bermanfaat dan bisa memiliki nilai jual. Berikut ini cara untuk membuat kerajinan dari kancing baju. 

Alat dan Bahan :
1.      Kancing secukupnya.
2.      Lem tembak.
3.      Kanvas.
4.      Pensil.
5.      Penghapus.
6.      Kabel headset yang tidak terpakai.
7.      Drawing Pen.

Cara Membuat :
1.  Siapkan kancing baju sesuai yang dibutuhkan, bebas menggunakan warna apa saja sesuai dengan kancing yang dipunya. 
2.   Buatlah sketsa gambar yang diinginkan pada kanvas dengan menggunakan pensil.
3.   Jika sketsa sudah selesai, panaskan lem tembak untuk mulai menempelkan kancing baju pada kanvas.
4.  Jika lem sudah panas, mulailah untuk menempelkan kancing baju dengan pada sketsa yang telah dibuat. Dapat menggunakan beberapa warna kancing baju sesuai selera.
5.  Setelah semua kancing tertempel pada kanvas, bersihkan sisa-sisa lem yang menempel di sekitar kanvas.
6.   Lalu bisa ditambahkan tulisan dengan menggunakan drawing pen untuk mengisi bagian yang kosong.
7.   Pasangkan gantungan pada kanvas sehingga kerajinan dapat dijadikan hiasan dinding.
8.    Kerajinan telah siap untuk dijadikan hiasan dinding.

Read More

Minggu, 30 Juli 2017

DAK (Dana Alokasi Khusus) BOJONEGORO

21.43 2

PENJELASAN SINGKAT TENTANG DAK
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK termasuk Dana Perimbangan, di samping Dana Alokasi Umum (DAU).

DAK di Bojonegoro sendiri diatur dalam Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 20 Tahun 2017 dalam peraturan di atas terdapat perubahan mengenai DAK yang sebelumnya diatur dalam Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan di Kabupaten Bojonegoro.

Tujuan diberikannya DAK ini adalah untuk meningkatkan kualitas program wajib belajar dan guna lebih mengoptimalkan pelaksanaan pengelolaan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan di Kabupaten Bojonegoro.Persyaratan penerimaan DAK Bidang Pendidikan ini meliputi siswa/siswi SMA/SMK/MA Negeri/Swasta secara tertulis kepada Bupati melalui Camat, dan merupakan penduduk Kabupaten Bojonegoro.
Read More

Post Top Ad

Propellerads